Cerita Kancil dan Buaya

Posted on

Cerita kancil dan buaya – Halo teman-teman semuanya. Berjumpa lagi dengan fatasama. Kali ini fatasama bakalan nulis tentang cerita dongeng si Kancil dan Buaya nih!

Hayo siapa yang belum tau ceritanya. Cerita Kancil dan Buaya merupakan salah satu cerita dongeng anak-anak yang cukup populer loh.

Cerita dongeng si Kancil banyak juga di adaptasi menjadi karya film animasi televisi maupun buku mewarnai anak-anak.

Penasaran gimana ceritanya?, Yuk langsung aja simak ceritanya berikut ini. Cerita kancil dan buaya.

Contents [hide]

Cerita Kancil dan Buaya

Alkisah suatu hari di dalam hutan si Kancil sedang beristirahat di sebuah pohon yang rindang di hutan. Siang hari itu angin berhembus semilir.

Namun Kancil sedari tadi perutnya berbunyi. Ia merasa sedikit kelaparan. Makanan kesukaan si Kancil adalah mentimun.

Posisi ladang mentimun Pak Tani ada di seberang sungai. Kancil berfikir bagaimana cara menuju sebrang untuk mendapatakan mentimun segar hari itu.

Sungai yang cukup lebar tidak ada jembatannya, “Wah bagaimana ya cara menyebrangi sungai ini?” Gumam Kancil dalam hati.

Kancil yang sudah mulai kelaparan segera berjalan menuju tepian sungai untuk mengisi perutnya dengan minum air.

“Aduh, sepertinya perutku sudah tidak bisa di ajak kompromi, nih!” Gumam Kancil dalam hati.

Dari kejauhan Kancil melihat ada seekor buaya sedang tertidur. Kancil terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian ia tersenyum sumringah.

Ia segera menghampiri tempat di mana buaya tidur. “Halo, buaya!, haiii, halo!” Si kancil menyapa buaya yang sedang tidur.

Buaya tidak mendengarkannya. Matanya tetap terpejam. Buaya mengabaikannya.

“Halo buaya, aku memiliki daging segar, apakah kau mau?” Si kancil berusaha menarik perhatian buaya.

Buaya hanya membuka matanya sejenak dan berkata, “Dasar mengganggu tidurku saja!” Buaya memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

Namun si Kancil tidak kehabisan akal. Ia mulai mencoba cara lainnya.

“Hei buaya, aku sudah membawa daging yang sangat banyak di balik pohon itu!” teriak kancil ke buaya.

Buaya membuka matanya. “Benarkah?” Buaya mulai terpancing.

“Ya, benar sekali!, dan kau tahu kan aku tidak makan daging!” Dan perlahan buaya mulai mendekat ke tepian di mana Kancil berada.

“Wah pas sekali hari ini aku belum makan sama sekali, Cil kebetulan sekali!” Ujar buaya.

“Nah, kabar baiknya aku ingin memberikan daging itu padamu, buaya!” Ujar Kancil bersemangat.

“Hari ini ikan-ikan sangat sepi, itu bisa manjadi jatah makanku dan kawanku hari ini!” Ujar buaya juga bersemangat.

“Tenang buaya selama kamu memiliki teman sepertiku kau tidak akan kelaparan.” Ujar kancil dengan senyum penuh makna.

“Wah kamu baik hati juga ya, Cil ternyata. Beda dengan yang di katakan teman-teman di luar sana.” Ujar buaya polos.

“Memangnya itu yang di katakan oleh teman-teman ya?” Tanya Kancil.

“Iya, Cil katanya kamu suka memanfaatkan temanmu demi memenuhi keinginanmu!”

“Hehe, jahat sekali mereka. Aku tidak mungkin berbuat hal tercela macam itu buaya!”. Kancil tersenyum kecut.

Dalam hati Kancil merasa sedikit kesal. Namun demi mentimun di sebrang sana ia tetap harus berusaha bersikap baik di depan buaya.

“Baiklah buaya aku tidak ingin berlama-lama lagi. Sekarang panggilah teman-temanmu, aku ingin segera membagikan daging segar ini.” Ujar Kancil.

Mendengar hal tersebut buaya sangat bersemangat dan mulai memanggil semua teman-temannya.

Tidak lama kemudian buaya dan teman-temannya berkumpul di depan kancil.

“Tunggu…tunggu jika kalian tidak berbaris rapi pembagiannya akan tidak adil!”

“Lalu kami harus bagaimana, Cil?” Tanya buaya.

“Kalian harus berbaris dengan rapi supaya aku bisa menghitungnya dengan mudah.” Ujar Kancil dengan bijak.

Para buaya sudah berbaris dengan rapi. Kancil mulai naik di atas punggug buaya dan mulai menghitung.

”Satu…Dua…Tiga..Empat…Lima…Enam…tujuh…Delapan…Sembilan!” Kancil berjalan di atas punggung para buaya hingga sebrang sungai.

“Yup, akhirnya sampai sebrang juga!” Ujar Kancil sambil tersenyum sumringah.

“Nah, bagaimana cil, apakah sudah di hitung?” Tanya buaya kepada Kancil.

“Hahaha, bodoh sekali kalian!” Ujar Kancil sambil tertawa terbahak-bahak.

“Apa maksudmu Kancil?” Buaya mulai menyadari jika mereka di tipu.

“Semua daging yang aku janjikan kepada kalian, semuanya hanya tipuan”

“Apa kau bilang!”

‘’Iya, aku hanya memanfaatkan kalian untuk pergi ke sebrang sungai ini!” Ujar Kancil dengan tawa jahat.

“Berani sekali kau menipu kami Kancil!, ternyata benar apa yang di katakan oleh penduduk hutan tentangmu!” Ujar buaya dengan geram.

“Apa sejak awal kalian tidak menyadari, mana bisa aku mendapatkan daging, sedangkan makananku adalah tumbuhan.”

“Untuk bisa makan kalian harus bekerja keras ya!” Ujar Kancil lagi. Cerita kancil dan buaya.

“Awas kau Kancil, akan kubalas perbuatanmu.” Ujar para buaya.

“Sebelumnya terimakasih buaya kalian baik sekali sudah membuatkan jalan untuk menuju sebrang”

“Kamu parah bet, Kancil awas kau ya, ketemu lagi ku gigit pala kau!” Ujar para buaya kesal.

“Aduh, aku sepertinya juga sudah mulai lapar, wah kebetulan sekali di sini banya sekali mentimunnya, selamat tinggal buaya-buaya”. Ujar Kancil sambil berlari ke ladang penuh mentimun.

Baca Juga :

Kancil Mencuri Timun

Setelah berhasil mengelabuhi kawanan buaya kini Kancil sudah sampai di sebuah ladang penuh dengan mentimun yang siap untuk di panen.

“Wah, inikah yang namanya surga!” Ujar Kancil sambil tersenyum bahagia karena di depannya terhampar ladang penuh mentimun.

Kancil segera mendekat ke ladang mentimun dan mulai makan mentimun yang siap panen.

Kancil makan timun dengan sangat lahap, setelah ia merasa kenyang segera ia mencari tempat teduh untuk tidur siang.

Sementara itu di sisi lain Pak Tani dari rumah sudah bersiap-siap untuk memeriksa ladang mentimunnya yang besok siap di panen.

Dengan perasaan bahagia Pak Tani segera berjalan menuju ladang mentimunnya yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya.

Sesampainya di ladang betapa terkejutnya Pak Tani karena menemukan beberapa bagian dari ladang mentimunnya rusak di beberapa bagian.

“Wah, siapa yang merusak ladang mentimunku?” Gumam Pak Tani. Ia berkeliling di sekitar ladang.

Tak beberapa lama pak tani berkeliling ia menemukan sebuah petunjuk tentang siapakah yang merusak ladangnya.

“Dari jejaknya pasti ini ulah si Kancil!” Ujar pak tani dengan yakin. Dengan perasaan jengkel Pak Tani pulang ke rumah.

“Awas kau Kancil jika tertangkap olehku akan ku hokum kau!” Ujar pak tani dengan sedikit geram.

Pak tani pulang kerumah dan memikirkan sebuah cara untuk menjebak kancil.

Sepulangnya dari ladang istrinya menyambutnya dengan membuatkan secangkir kopi panas untuk pak tani.

“Ada apa toh pak kok sepertinya cemberut terus?” Tanya istri Pak Tani.

“Itu lho bu, ada yang memakan mentimun kita di ladang, bu!” Ujar Pak Tani.

“Hah, siapa yang melakukannya pak?” Cerita kancil dan buaya.

“Sepertinya si Kancil bu. Soalnya tadi aku mendapati jejak kakinya di sekitar ladang kita.”

“Bagaimana jika kita tangkap saja pak, si kancil?” Ujar istri Pak Tani.

“Bapak memang berencana seperti itu, bu!” Ujar Pak Tani. “ Tapi bagaimana cara menjebak si Kancil ya bu?” ujarnya lagi.

Baca Juga :

Jebakan Pak Tani

Pak Tani duduk bersantai di bale-bale rumah sambil di temani segelas kopi hitam yang masih panas kesukaannya.

Sambil menyeruput kopinya ia memikirkan cara bagaimana cara menjebak si Kancil. Tidak lama kemudian ia tersenyum.

Beberapa waktu kemudian Pak Tani mendapatkan ide untuk menjebak si Kancil.

Keesoakan harinya Pak Tani membuat orang-orangan sawah yang di lumuri dengan perekat yang  cukup banyak.

Rencananya orang-orangan sawah tersebut akan di letakan di ladangnya untuk menakuti si Kancil.

Namun kali ini tidak cukup hanya menakutinya saja, karena Pak Tani juga menyadari jika si Kancil merupakan hewan yang cerdik, maka dari itu Pak Tani melumurinya dengan perekat.

Setelah seharian membuat orang-orangan sawah keesokan harinya Pak Tani memasangnya di sawah.

Hari itu ladangnya kembali rusak. Beberapa mentimun berceceran dan beberapa di makan namun tidak habis.

“Wah, pasti ini ulah si Kancil lagi!” Gumam Pak Tani dalam hati.

“Tunggu saja kau Kancil, akan kusembelih kau!” Ujarnya lagi.

Hari itu Pak Tani seharian menjaga ladangnya dan ia tidak mendapati Kancil muncul di ladangnya.

Dari kejauhan di rerimbunan semak  dekat ladang si Kancil memantau Pak Tani.

“Aku tidak sebodoh itu Pak Tani!” Ujar Kancil dalam hati.

Kancil Terperangkap

Menjelang sore pak tani segera pulang kerumah. Seharian ia berjaga di sawah dan tidak mendapati Kancil sama sekali.

Setelah melihat Pak Tani pulang ke rumah Kancil datang lagi ke ladang mentimun Pak Tani untuk memakan mentimun.

“Haha… jebakan macam apa ini, Hanya orang-orangan sawah saja!” Kancil tertawa senang.

Beberapa waktu kemudian Kancil mulai memakan mentimun di ladang Pak Tani dengan lahap.

Setelah ia merasa kenyang Kancil mendekati orang-orangan sawah yang di buat oleh Pak Tani.

“Haha…Jebakan yang sia-sia Pak Tani!” Ujar si Kancil sambil menyentuh orang-orangan sawah tersebut.

“Eh..Loh, ko tidak bisa di lepas!” Kancil mulai panik karena kakinya tidak bisa di lepas, terperangkap oleh perekat yang di buat Pak Tani.

“Tolong…tolong!” Kancil terperangkap oleh jebakan yang di buat oleh Pak Tani. Semalaman ia terperangkap.

Pagi harinya Pak Tani pergi ke ladang lagi untuk memeriksa perangkap yang di buatnya, dan benar saja si Kancil terperangkap.

“Akhirnya tertangkap juga kau kancil, kamu akan kusembelih!” Ujar Pak Tani dengan senyum puas.

“Tidak sia-sia aku membuat perangkap ini.” Ujarnya sambil tersenyum puas.

“Ampun Pak Tani, jangan sembelih aku!” Ujar Kancil memelas kepada Pak Tani. Kancil yang malang di ikat lehernya dan di bawa oleh Pak Tani pulang ke rumah.

“Bu, lihat si Kancil tertangkap. Rupanya tidak sia-sia aku membuat perangkap itu kemarin.” Ujar Pak Tani kepada istrinya.

“Wah, iya pak. Rencananya si Kancil mau kita apakan ya pak?” Tanya istri Pak Tani.

“Bagaimana jika kita sembelih saja bu?”

“Rencana yang bagus pak, bisa menjadi cadangan makanan kita untuk beberapa hari kedepan.” Ujar istri Pak Tani.

“Ampun, Pak Tani jangan sembelih aku, dagingku a lot dan tidak enak!” Ujar Kancil memelas lagi.

“Tidak ada ampun buatmu Kancil!” Ujar Pak Tani.

Di bawalah si Kancil ke belakang rumah dan di masukan kedalam sebuah kurungan.

“Kau diamlah di situ Kancil aku akan pergi ke pasar untuk membeli bumbu, untuk memasakmu nanti!” Pak Tani meninggalkan si Kancil.

Kancil dan Anjing Pak Tani

Kancil merasa panik, terbayang nanti malam ia sudah menjadi hidangan untuk Pak Tani dan istrinya.

Dari kejauhan seekor anjing menghampiri si Kancil yang ada dalam kurungan. Anjing tersebut adalah  peliharaan Pak Tani. Inu namanya.

“Hei Kancil apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Inu kepada si Kancil.

Kancil yang tadi merasa putus asa kini ia melihat secercah harapan di depan matanya. Tiba-tiba ia memikirkan sebuah rencana untuk melarikan diri.

“Hai, Anjing peliharaan Pak Tani, siapa namamu?” Kancil mulai membuka percakapan.

“Panggil aku Inu!,” Jawab Inu singkat. Cerita kancil dan buaya.

“Apakah kamu penasaran mengapa aku disini?” Kancil memulai tipu muslihatnya lagi.

“Memangnya ada apa?” Tanya Inu mulai penasaran.

“Apa kamu tidak penasaran?” Tanya Kancil sambil memancing Inu untuk mendekat. Inu mulai terpancing oleh pertanyaan si Kancil.

“Mendekatlah Inu aku akan memberitahu hal yang penting” Ujar Kancil. Inu segera mendekat ke kurungan si Kancil.

“Jadi begini Inu. Pak Tani akan menjadikan aku sebagai menantunya!” Ujar Kancil sambil tersenyum.

“Ah, yang benar kamu cil, lalu kenapa Pak Tani mengurungmu?” Inu semakin penasaran.

“Karena Pak Tani memaksaku menjadikanku sebagai menantunya dan aku menolak, lalu Pak Tani mengurungku di sini.” Jawab kancil meyakinkan Inu.

“Wah, bagaimana mungkin bisa bagitu, mengapa tidak aku saja. Padahal aku sudah menemani Pak Tani sejak dahulu!” Inu menanggapi perkataan Kancil.

“Sebenarnya aku mau saja sih bertukar denganmu.” Ujar si Kancil. Cerita kancil dan buaya.

“Nah, kita bertukar saja cil, gimana?” Ujar Inu bersemangat. Cerita kancil dan buaya.

“Sebenarnya aku agak berat hati sih, Tapi baiklah!” Ujar Kancil. “Baiklah sekarang bukakan kurungan ini dan mari kita bertukar tempat.”

“Baiklah!” Inu membukakan kurungan lalu segera masuk menggantikan si Kancil di dalamnya. Ia tersenyum senang.

“Sebentar lagi aku akan menjadi menantu Pak Tani!” Gumam Inu dalam hati.

Tidak beberapa lama kemudian Pak Tani pulang dari pasar dan melihat si Kancil yang sudah dia kurung di belakan rumah.

Alangkah terkejutnya yang ada di dalam kurungan bukan si Kancil lagi. Inu, anjing peliharaan Pak Tani menggantikan si Kancil.

“Apa yang kau lakukan Inu, kemana perginya si Kancil?” Tanya Pak Tani. Cerita kancil dan buaya.

“Pak Tani, saya siap menjadi menantumu!” Ujar Inu. Cerita kancil dan buaya.

“hah menantu apa?” Ujar Pak Tani heran. Cerita kancil dan buaya.

“Tadi si Kancil mengatakan bahwa ia akan di jadikan menantumu, lalu aku di suruh menggantikannya!” ujar Inu polos.

“Sini kamu, Inu!” Pak Tani membawa sebatang kayu. Cerita kancil dan buaya.

“Bug…Bug…!” Pak Tani memukul Inu dengan sebatang kayu.

“Ampun, Pak Tani!” Ujar Inu berteriak kersakitan. Cerita kancil dan buaya.

“Siapa yang ingin menjadikan Kancil menantu hah?, aku ingin memakannya tapi kau malah membiarkannya kabur!” Ujar Pak Tani geram.

“Ampun, aku tidak mengetahuinya!” Ujar Inu lagi. Cerita kancil dan buaya.

“Aku tidak mau tahu, kamu harus menangkapnya lagi!” Ujar Pak Tani geram.

Merasa di tipu mentah-mentah oleh si Kancil, Inu segera mengendus kemana si Kancil berlari.

Ia berlari kesana kemari namun ia terlambat. Si Kancil sudah berlari cepat dan menjauh dari ladang Pak Tani.

Baca Juga :

Pesan Moral Dari Cerita Kancil dan Buaya

Jangan mudah percaya dengan omongan orang. Terkadang orang berbeda dengan apa yang di ucapkan dan yang di dalam hati.

Penutup

Nah, teman-teman sekalian itu tadi merupakan cerita tentang si Kancil dan buaya. Semoga cerita yang di sajikan bisa menghibur kalian. Cerita kancil dan buaya.

Sampai di sini dulu ya cerita dongeng si kancil. Sampai ketemu lagi di pembahasan cerita dongeng si Kancil berikutnya! Cerita kancil dan buaya.

Babai!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *