Cerita Timun Mas

Posted on

Cerita Timun Mas – Halo teman-teman semua, berjumpa kembali dengan fatasama!

Pada kesempatan kali ini fatasama akan menulis tentang dongengcerita rakyat Indonesia cerita Timun Mas.

Cerita Timun Mas ini juga menjadi salah satu cerita dongeng anak yang cukup populer loh.

Ceritanya banyak di adaptasi menjadi cerita di televisi menjadi film animasi maupun di tulis ulang dalam buku cerita dongeng anak populer.

Penasaran dengan kisahnya?, simak baik-baik kisahnya berikut ini!

Contents

Cerita Timun Mas

Pada zaman dahulu kala di kampung antah berantah di Pulau Jawa hiduplah seorang janda yang hidup seorang diri namanya Mbok Rondo.

Dari awal usia pernikahannya hingga di tinggal mati oleh suaminya Mbok Rondo tetap saja belum juga di karuniai seorang anak.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Mbok Rondo hanya mengandalkan dari mencari kayu bakar di hutan untuk di jual di pasar.

Hari itu cuaca tidak begitu panas seperti hari kemarin.

Mbok Rondo yang sudah mengumpulkan beberapa ikat kayu bakar mulai merasa sedikit kelelahan.

Maklum, usia Mbok Rondo sudah tidak muda lagi.

Mbok Rondo duduk sejenak bersandar pada sebuah pohon besar yang cukup rindang untuk melepas penat.

“Gluk…gluk!” Mbok rondo meminum air bekal yang sudah ia bawa dari rumah.

Sambil bersandar di pepohonan mata Mbok Rondo menerawang jauh kedepan.

Dalam hati Mbok Rondo membatin,

“Jika saja aku di beri seorang anak pasti aku akan senang sekali!”

Tak terasa air matanya meleleh. Namun ia segera menyekanya dengan jarik nya yang lusuh terkena tanah.

“Huffft..!”Mbok Rondo menghela nafas panjang.

Bertemu Buto Ijo

Cuaca yang tadinya cukup cerah kini menjadi sedikit mendung, namun tidak ada tanda-tanda akan turunya hujan.

Angin juga bertiup lumayan kencang di sekitar Mbok Rondo duduk.

Daun-daun di sekitarnya jatuh berguguran. Tiba-tiba bumi bergetar.

“Ada apakah gerangan yang terjadi?” Batin Mbok Rondo masih bingung dengan apa yang terjadi.

Kabut putih mulai tipis-tipis mulai menyelimuti area tempat mbok rondo istirahat.

Mbok Rondo makin panik. Dan segera bergegas pergi dari tempat tersebut.

“HAA…HAA…HAA”. Suara tertawa lantang menggema.

Dari samar-samar kabut sesosok makhluk tinggi besar berjalan ke arah Mbok Rondo.

Angin mulai bertiup kencang dan burung-burung yang menghuni pepohonan mulai beterbangan membuat suasana semakin mencekam.

Baca juga :

Bibit Tanaman dari Buto Ijo

Langkah kaki makhluk besar itu semakin mendekat ke arah Mbok Rondo.

Sementara itu Mbok rondo hanya bisa terduduk lemas dan memelas ketakutan.

“Hai wanita tua apa kau menginginkan seorang anak?” Tanya suara itu menggelegar.

Mbok Rondo yang sedari tadi ketakutan perlahan mulai menatap ragu-ragu ke arah makhluk besar itu.

“I..iya benar tuan raksasa.” Jawab Mbok Rondo dengan rasa was-was.

“Panggil aku Buto Ijo.” Raksasa besar itu menimpali.

“Aku mendengar permintaan dalam hatimu akan kehadiran seorang anak. Apakah itu benar?”. Buto ijo bertanya kembali.

“I…iyaa, benar sekali tuan Buto Ijo”. Jawab Mbok Rondo dengan perasaan takut.

Namun kini rasa takutnya perlahan mulai menghilang mengingat keinginannya yang besar untuk memiliki seorang anak.

“HA…HA…HA.. Permintaan kecil seperti itu mudah sekali aku kabulkan, tapi semua yang kuberikan tidak gratis ada persyaratannya, apa kamu sanggup wanita tua?” Tanya Buto Ijo dengan suara lantang.

“Baiklah tuan Buto Ijo, apa syaratnya”. Tanpa pikir panjang Mbok Rondo meng-iyakan.

“Bawalah bibit ini bersamamu dan tanamlah”Dari tangan besarnya Buto Ijo memberikan sebuah bungkusan kepada mbok Rondo.

“Untuk apa gerangan bibit tanaman ini tuan Buto Ijo”. Tanya Mbok rondo.

“Tanam saja bibit itu di rumahmu dan tunggu saja.” Ujar Buto Ijo.

“Baiklah tuan Buto Ijo.” Karena begitu inginnya dia punya anak, maka Mbok Rondo tidak berpikir panjang lagi. Yang penting segera punya anak.

Cuaca di sekita mereka masih belum berubah.

Mendung semakin tebal menyelimuti dan burung-burung kian riuh beterbangan.

Namun itu semua tidak membuat hati Mbok Rondo begeming juga.

“Wanita tua aku akan memberimu satu syarat. Nanti jika beberapa waktu kedepan kamu mendapatkan anak maka pada usia 17 tahun aku akan datang untuk membawanya bersamaku. Apakah kamu sanggup?”

“B…baik tuan Buto Ijo.” Mbok Rondo hanya mengiyakan tanpa berfikir panjang.

Perlahan Buto Ijo beranjak pergi meninggalkan Mbok Rondo.

Buto Ijo menghilang di dalam samar-samar kabut.

Perlahan cuaca yang gelap kembali menjadi terang seperti sedia kala.

Sambil membawa kayu bakar yang di dapat mbok Rondo segera pulang ke rumah bersama  dengan bibit yang di berikan oleh Buto Ijo.

Sesampainya di rumah sebenarnya mbok Rondo masih tidak habis pikir dengan kejadian yang menimpanya berusan.

Namun karena keinginannya yang besar akan memiliki seorang anak maka seketika fikiran itu sirna semua.

Setelah meletakan kayu bakarnya di depan rumah mbok Rondo segera mengambil cangkul dan menggali tanah di belakang rumhanya untuk menanam bibit tanaman yang di berikan oleh Buto ijo.

Mbok Rondo berharap agar mimpinya memiliki anak segera terkabul.

Setiap hari mbok Rondo rajin menyirami benih yang diu berikan leh buto ijo tempo hari.

Tidak sampai satu minggu bibit timun yang di tanam sudah tumbuh dengan sangat lebat.

Baca Juga :

Timun Mas

Pagi itu Mbok Rondo melakukan aktifitas seperti biasanya mencari kayu bakar di hutan lalu siangnya pulang ke rumah.

Dari pagi tidak ada yang aneh dari tanaman timun yang telah tumbuh lebat.

Mbok Rondo memperhatikan dengan seksama, diantara semua tanaman timun ada sebuah timun berwarna ke-emas-an yang menarik perhatiannya.

Di perhatikannya dengan seksama.

“Ini jenis timun apa ya kok besar sekali. Baru kali ini aku melihatnya!”

Dengan perasaan yang penasaran Mbok Rondo membawa timun berwarna emas tersebut ke dapur untuk membelahnya.

Betapa terkejutnya hati Mbok Rondo setelah membelah timun emas yang berukuran tidak biasa tersebut.

Antara perasaan bingung senang yang bercampur menjadi satu.

Bagaimana bisa seorang bayi cantik berada dalam sebuah timun.

Terbesit dalam fikiran Mbok Rondo teringat akan kejadian beberapa hari sebelumnya dimana ketika ia sedang mencari kayu bakar bertemu dengan sosok raksasa besar bernama Buto ijo.

“Apakah ini yang di maksud oleh si raksasa itu?” Gumam mbok Rondo dalam hati.

Seorang bayi perempuan nan cantik tergeletak di dalam timun emas.

Namun Mbok Rondo menepis segala keraguan yang ada dalam fikirannya.

Rasa bahagiannya mengalahkan segala kecemasan yang ada dikepalanya.

Mbok Rondo memberinya nama Timun Mas.

Yup, tentu saja karena ia lahir dari dalam mentimun berwarna emas.

Kehidupan Bersama Timun Mas

Di sinilah cerita timun mas di mulai.

Hari-hari mbok Rondo kini menjadi semakin berwarna.

Tentu saja karena ada Timun Mas yang kini akan selalu menemani hari-hari mbok Rondo.

Karena Mbok Rondo hanya hidup berdua dengan Timun Mas maka sedari kecil Timun Mas di didik dengan penuh kasih sayang.

Apalagi jika bukan karena ia hanya satu-satunya kesayangan yang di miliki oleh mbok Rondo yang sudah tidak muda lagi.

Waktu terus berjalan dan kini Timun mas tumbuh menjadi remaja yang cantik jelita.

Mbok Rondo sangat sayang kepada Timun mas karena selain cantik jelita dia juga sangat rajin membantunya ketika mencari kayu di hutan.

Sebenarnya mbok Rondo tidak ingin jika Timun mas membantunya mencari kayu di hutan.

Mbok Rondo sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada Timun mas.

Maklum Timun Mas adalah anak yang sangat baik dan penurut.

Hari yang di Janjikan

Tidak terasa kini usia Timun mas sudah 17 tahun.

Kecantikannya semakin terpancar kebaikannya juga tidak kunjung memudar.

Timun Mas tetap menjadi anak baik dan penurut.

Mbok Rondo yang hari-harinya biasanya terlihat ceria akhir-akhir ini menjadi sedikit pendiam.

Menyaksikan hal itu Timun Mas lantas bertanya pada Mbok Rondo,

“Emak ada apa akhir-akhir ini kok murung terus mukanya?” Dengan lembut Timun mas bertanya.

“Tidak papa Timun. Emak tidak papa kok”.

Mbok Rondo berusaha tersenyum dan memeluk Timun mas. Matanya berkaca-kaca.

“Emak jangan sedih, nanti kalo sedih Timun jadi ikut sedih!”. Ujar Timun Mas lembut.

Mbok Rondo memeluknya semakin erat.

Tidak terasa air matanya mulai meleleh.

Namun ia berusaha menyekanya sebisa mungkin.

Hati Mbok Rondo tidak kuasa menahan gejolak yang di tahan selama ini.

Di dalam pikirannya terus terngiang tentang syarat yang di berikan oleh Buto Ijo tentang Timun mas.

Pagi itu hari sedikit mendung dengan perasaan yang sedikit was-was Mbok Rondo akan segera berangkat ke hutan untuk mencari kayu.

Namun kali ini Mbok Rondo tidak mengajak Timun Mas.

Dia hanya berjalan sendirian. Tidak lama suasana seperti saat ia bertemu raksasa ia alami kembali.

Angin mulai berhembus sedikit kencang, burung-burung beterbangan riuh di langit.

Menyadari hal tersebut Mbok rondo segera berlari kembali kerumah.

“Bum..Bumm…Bumm!” Suara derap langkah kaki perlahan menuju kearah rumah mbok Rondo.

Mbok rondo yang sudah sampai di rumah segera memeluk Timun mas erat.

“Emak itu suara apa mak di luar?” Tanya Timun mas dengan sedikit panik.

Sementara itu mbok Rondo hanya menangis memeluk Timun mas.

Buto Ijo Menagih Janjinya

“HAA…HAA.HAA.. Wanita tua, aku datang untuk menagih janji!”

Suara Buto ijo terdengar menggelegar kencang.

Suara langkah kaki itu kini semakin dekat dan terhenti di depan rumah Mbok Rondo.

Menyadari jika Buto ijo sudah sampai mbok Rondo segera menyuruh Timun Mas untuk bersembunyi di bawah dipan.

“Kraaaak…!”. Bunyi daun pintu di buka secara paksa.

“Wanita tua aku kembali untuk menagih janji!” Suara Buto ijo mengelegar keras.

“Apa kau tidak ingat dulu kamu sepakat jika gadis itu sudah dewasa kau setuju akan memberikannya padaku”. Ujar Buto ijo.

“Ampun tuan Buto ijo, jangan ambil dulu Timun mas ia masih kecil belum enak jika di makan. Bagaimana jika 2 tahun lagi?”. Ucap Mbok Rondo tegas.

“Jangan bercanda kau wanita tua !” Bentak Buto ijo. Cerita timun mas.

“Aku tidak bercanda tuan Buto ijo, Timun mas sedang sakit badannya sangat kurus”

Jawab mbok Rondo dengan tegas meskipun di dalam hati sangat ketakutan.

“Melihat raut wajahmu sepertinya kamu tidak berbohong, kali ini kuberi kau waktu. Tapi perlu kau ingat wanita tua ke dua kalinya tida akan ku lepaskan. HAA…HAA…HAA!”. Tawa buto ijo lantang menggelegar.

Buto ijo menghilang bersama kabut tipis.

Hari itu kembali menjadi terang seperti biasa.

Mbok Rondo mempertarukan segenap jiwa raganya pada hari itu untuk melindungi Timun mas.

Mbok rondo yang sedari tadi berdiri terkulai lemas. Nafasnya masih terengah-engah.

Timun mas yang sedari tadi bersembunyi di bawah dipan keluar dari persembunyiannya memapah Mbok Rondo untuk bersandar.

Beberapa waktu kemudian Mbok Rondo cerita semuanya kepada Timun Mas mengenai raksasa itu.

Dua Tahun Penangguhan

Setelah kedatangan Buto Ijo ke rumah, setiap hari mbok rondo banyak berfikir mencari cara bagaimana supaya Timun Mas tidak di bawa oleh Buto ijo.

Siang malam mbok Rondo berdoa kepada Tuhan supaya di berikan jalan.

Suatu hari mbok Rondo ketika tidur bermimpi. Dalam mimpinya dia mendengar suara gaib.

“Hai wanita tua jika kau ingin anakmu selamat di sebuah bukit ada seorang pertapa yang sakti mandra guna di bukit sebelah utara yang terletak tidak jauh dari rumahmu.

Keesokan paginya mbok Rondo langsung mendatangi bukit yang di maksud.

Perjalanan yang di tempuh cukup jauh memakan waktu beberapa jam perjalanan.

Tidak lupa juga ia mengajak Timun Mas ikut serta.

Sesampai di tempat yang di maksud seorang pria tua berpakaian sedikit lusuh seperti sudah menunggu kedatangan mereka.

“Siapakah gerangan kisanak?, apakah anda adalah seorang pertapa yang bertapa di bukit ini?”Tanya Mbok Rondo bertanya.

“Engkau benar sekali. Ngomong-ngomong soal kedatangan kalian kesini aku juga sudah mengetahuinya”. Jawab pertapa itu singkat.

Sejurus kemudian pertapa itu menatap Timun mas dengan lekat.

“Kamu jangan khawatir anakku, semuanya akan baik-baik saja.” Timun Mas hanya mengangguk ragu.

Pertapa itu lalu memberikan beberapa bungkusan kecil kepada Timun Mas.

Beberapa waktu kemudian ia menjelaskan apa saja isi dari bungkus tersebut dan kegunaannya.

Bungkusannya berisi jarum, garam, terasi, dan biji mentimun.

“Nduk, jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Kuasa semoga Dia selalu menjagamu.”

Begitu kira-kira wejengan yang di berikan kepada Timun Mas sebelum pulang.

Beberapa saat kemudian mereka bergegas pulang ke rumah.

Setelah mendapatkan bungkusan-bungkusan tadi mereka merasa sedikit lega dan bisa beraktifitas seperti biasanya.

Dua Tahun Berlalu

Seperti yang sudah di janjikan, waku dua tahun juga berlalu begitu cepat.

Hari yang di janjikan akan tiba. Pagi itu cuaca tiba-tiba menjadi mendung.

Mbok Rondo mengintip dari jendela yang di buka sedikit. Cerita timun mas.

“Timun Mas, waktunya hampir tiba!” Cerita timun mas.

“Timun tau, mak!” Cerita timun mas.

“Segeralah lari dari tempat ini, emak akan berusaha mengulur Buto Ijo!”.

Dengan segera Timun mas bergegas pergi dan membawa bungkusan yang di berikan oleh petapa.

Dan benar saja suara langkah besar itu semakin mendekat.

Timun Mas segera bergegas melalui pintu belakang.

Ia berlari sekencang-kencangnya berlari ke arah hutan.

“Hai wanita tua, aku datang untuk menagih janji!” Teriak Buto Ijo nyaring.

“B…baik Tuan Buto ijo, tapi Timun Mas sudah tdak ada di sini!” Ujar mbok Rondo dengan ketakutan.

“Kau sembunyikan kemana anak itu?” Ujar Buto Ijo dengan nada geram.

“Ampun tuan, saya tidak tau!”. Ujar Mbok Rondo ketakutan setengah mati.

“Dasar wanita tua tidak berguna!”.

Buto Ijo segera berjalan di sekeliling rumah Mbok Rondo ia segera mengalihkan pandangannya ke segala penjuru mata angin.

Dari kejauhan ia melihat sesosok gadis kecil berlari ke arah hutan. Cerita timun mas.

“Ketemu kamu manusia tidak berguna!”. Pekik Buto ijo.

Spontan ia segera melangkahkan kakinya menuju ke arah Timun mas dan meninggalkan Mbok Rondo begitu saja.

Dalam hati Mbok Rondo hanya bisa mendoakan keselamatan untuk Timun Mas. Cerita timun mas.

Melawan Takdir

Hanya dengan beberapa langkah saja Buto ijo bisa menyusul Timun Mas.

“Mau keman kamu manusia tidak berguna?, percuma kau melarikan diri. HAA…HAA…HAA!”. Buto Ijo berteriak lantang.

Timun Mas yang mulai kelelahan kini berada dalam kondisi yang sangat membahayakan.

Di saat itu Timun Mas ingat tentang bungkusan yang di berikan oleh pertapa.

Ketika Buto Ijo sudah semakin dekat ia segera melemparkan bungkusan berisi biji timun ke arah Buto Ijo.

Mendadak tumbuh mentimun dengan sangat lebat.

“Apa-apaan ini, kamu bukannya menyakitiku. Ini malah akan semakin memberikanku tenaga. HAA…HAA…HAA!”

Buto Ijo segera melahap semua mentimun yang tumbuh lebat di bawah kakinya.

Sebenarnya itu untuk mengulur waktu Buto ijo.

Sementara itu Timun mas segera berlari secepat mungkin meninggalkan Buto Ijo yang sedang asyik memakan jebakan mentimun.

“Percuma saja kau berlari, sampai ke ujung dunia sekalipun pasti akan kutangkap. HAA…HAA…HAA!” Teriak Buto ijo  nyaring, namun Timun Mas tidak menghiraukannya ia tetap berlari dan terus berlari.

Sementara itu buto ijo dari kejauhan mulai mengejarnya lagi. Kali ini sama seperti pertama kali pengejaran.

Hanya dalam beberapa langkah saja Buto ijo bisa menyusul Timun Mas.

Ketika sudah saat-saat yang kritis Timun Mas melemparkan bungkusan berikutnya yang berisi jarum.

Ajaib, dalam sekejap bungkusan jarum yang di lempar Timun Mas tumbuh menjadi hutan bambu yang sangat lebat.

Memang Buto Ijo terhalang, namun seperti sebelumnya namun ia berhasil melewati hutan bambu yang menghalanginya meskipun kakinya harus terlukai oleh patahan bambu.

Kini Buto Ijo kembali menyusul Timun Mas.

Dia semakin geram di buatnya dengan beringas ia berjalan semakin cepat menerjang segala yang ada di depannya.

Timun Mas yang memiliki tubuh yang kecil sedikit di untungkan karena bisa bersembunyi di sekitar pepohonan yang besar.

Namun tetap saja Buto Ijo bisa menemukannya.

Di saat hampir tertangkap Timun Mas kembali melemparkan bungkusan ke 3 yang berisi garam.

Setelah bungkusan garam di lemparkan mendadak di sekeliling Buto Ijo menjadi danau yang cukup luas.

Namun apa daya Buto Ijo adalah raksasa hebat.

Danau itu berhasil ia sebrangi meskipun sedikit lama.

Kini ia kembali mengejar Timun mas. Cerita timun mas.

“Manusia kurang ajar, berani sekali mempermainkanku!”. Ujarnya dengan geram. Cerita timun mas.

Timun Mas yang sudah berlari jauh kini beristirahat di balik pohon rindang masih terengah-engah.

Dari kejauhan suara derap kaki yang sangat familiar mendekat. Cerita timun mas.

Ia tidak habis pikir segala upaya yang di lakukan oleh timun mas terasa tidak berguna.

Bahkan di manapun ia bersembunyi tetap saja Buto Ijo bisa menemukannya. Cerita timun mas.

Kini Timun mas merasa semakin letih, tenaganya semakin terkuras habis.

Di detik-detik terakhirnya tersisa satu bungkusan lagi. Cerita timun mas.

Sebenarnya di dalam hati Timun Mas juga merasa sedikit panik, karena upayanya yang tak kunjung membuahkan hasil. Cerita timun mas.

“Ya Tuhan, aku tidak tau lagi harus meminta tolong kepada siapa. Kali ini kuserahkan semuanya kepada-Mu!”

Timun mas membuang bungkusan terakhir ke arah Buto Ijo yang hampir dekat.

Perlahan air mata Timun Mas meleleh. Ia menangis terisak,Ia sudah sangat pasrah ia hanya terduduk lemas, sementara Buto ijo sudah semakin dekat. Cerita timun mas.

“Mau kemana lagi kamu manusia tidak berguana?, kini kamu tidak akan bisa lari lagi”, Teriaknya.

“Aku akan menelanmu bulat-bulat anak manusia tidak berguna!” Teriaknya lagi.

Timun Mas memejamkan mata sambil terisak. Cerita timun mas.

Kartu Truf

Ketika langkahnya semakin dekat tiba-tiba tanah yang di injak Buto iIjo mendadak ambles dan di bawahnya terdapat lumpur seperti rawa. Cerita timun mas.

“Permainan macam apa lagi ini, hah?” Buto Ijo berteriak kesal.

Ia yang mencoba naik namun kini ia tidak bisa naik.

Buto ijo mulai panik. Badannya yang besar membuatnya semakin mudah tenggelam di dalam kubangan lumpur yang cukup besar. Cerita timun mas.

Timun mas membuka matanya. Ia hanya memandangi Buto ijo yang sedang terjebak di dalam lumpur.

Timun Mas menghela nafas lega. Akhirnya Buto ijo tenggelam di dalam lumpur.

Timun Mas bersyukur dalam hati, ia segera berlari kembali pulang ke rumahnya meninggalkan Buto Ijo yang terjebak di dalam lumpur. Cerita timun mas.

Beberapa saat kemudian Timun Mas keluar dari hutan.

Di depan hutan Mbok Rondo sudah menunggunya.

Sejurus kemudian Timun Mas langsung berlari memeluk Mbok Rondo.

“Emak, aku selamat!” Timun Mas terisak. Cerita timun mas.

“Emak juga mendoakanmu agar kamu tetap di berikan keselamatan oleh Tuhan, nduk!”

Mereka berpelukan dan menangis bahagia. Cerita timun mas.

“Krek…!” Jauh di kedalaman hutan yang lebat.

Di tempat Buto Ijo tenggelam tanah di sekitarnya mulai sedikit merekah.

Bersambung. Cerita timun mas.

Baca juga :

Pelajaran Dari Cerita Timun Mas

Dari cerita Timun mas kita bisa mengambil pelajaran bahwa, Cerita timun mas.

Kita tidak boleh menyerah dalam situasi dan kondisi apapun. Mungkin kesempatan tidak akan datang 2 kali bahkan bisa berkali-kali tergantung kita mau berusaha apa enggak.

Sekian dulu ya untuk pembahasan kali ini semoga cerita yang di sajikan bisa menghibur kalian ya!

Sekian terimakasih dan sampai jumpa di cerita rakyat berikutnya. Babai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *